Menjadi Guru Enterpreneur

Moderator       : Sri Sugiastuti (Bunda Kanjeng)

Narasumber    : Dra. Betti Risnalenni, MM

Pendiri Insan Kamil Bekasi


Oleh: Abraham Tefa, S.Pd


 ENTERPRENERUR  ALA BU BETTI

Malam kelima belajar menulis online bersama Omjay, kami kembali dipandu oleh Bunda Kanjeng dalam proses pembelajaran. Saat dipersilahkan Omjay, Bunda Kanjeng langsung menyapa kami semua di seluruh Indonesia sebagai peserta group belajar online, lalu mempersilahkan narasumber masuk kelas.

Tanpa basa-basi Narasumber malam ini langsung meminta kami untuk pemebelajarannya disampaikan dalam bentuk cerita. Bu Betti yang sesungguhnya sudah memiliki jiwa enterpreneur sejak kecil. Walaupun ada perasaan kurang suka untuk disapa tukang dagang entah karena tukang dagang tidak keren, sekeren sebutan sorang guru mungkin. Demikian Bu Betti mengawali ceritera enterpreneurnya dengan nada kelakar.  Bu Betti telah mengawali kegiatan enterpreneur sejak SD dengan cara membawa kue buatan ibunya dan menitipkannya pada koperasi sekolah. Oleh karena gengsi dengan teman sekolah, Bu Betti selalu datang sekolah lebih awal sehingga tidak ada teman sekolah yang tahu kalau kue yang di koperasi Sekolah adalah kue yang dibawa Bu Betti. Selain di koperasi sekolah Bu Betti juga menawarkan kue buatan ibunya ke toko-toko di pasar Cempaka Putih. Kegiatan ini berlanjut hingga SMA, bahkan saat kuliah usaha Bu Betti merambah ke usaha catering hingga membangun relasi dengan beberapa mal dan perkantoran sebagai langganan. Selesai kuliah Bu Betti langsung mengajar sebagai guru, Bu Betti Mengajar di sekolah yang dibangun oleh orang lain.

Karier sebagai enterpreneur Bu Betti tidak berhenti hanya pada usaha kuliner sebagaimana telah dirintis sejak SD. Dengan bekal ilmu sebagai pendidik Bu Betti pun memulai karier sebagai enterpreneur profesional pada bidang pendidikan dan pelatihan sejak tahun 1996. Wujud nyata karya enterpreneur Bu Betti dibidang pelatihan adalah membuat kelas kursus. Tidak tanggung-tanggung, bahkan sampai saat ini Bu Betti telah mengelola 24 pusat kursus. Pada bidang pendidikan,  di Tahun 2003 Bu Betti mulai merintis SD Insan Kamil. Berbarengan dengan pengelolaan sekolah dasar, Bu Betti juga membangun kerja sama dengan mal (Metropolitan Mall) pada tahun 2006 sampai 2007 demi mengadakan lomba. 

Tidak hanya mengelola kursus dan sekolah Bu Betti juga bekerja sama dengan orang yang mau membuat pusat kursus untuk mengadakan lomba. Imbas dari lomba membawa peluang bisnis baru bagi Bu Betti yaitu jualan piala. Sungguh sebuah terobosan seorang enterpreneur handal. Saat kegiatan lomba berlangsungpun ada peluang bisnis yang didapat dari sana yakni biaya pendaftaran peserta sudah termasuk biaya konsumsi yang mana konsumsi menjadi peluang usaha yang lain. Lagi-lagi tiada kata lain yang dapat kita sematkan pada Bu Betti, selain kata salut dan hormat atas inovasi karya enterpreneurnya.

Pengalaman mengelola sekolah dimulai dari salah satu cabang kursus yang ingin membangun TK, namun keinginan itu belum terwujud walau Bu Betti sudah punya Yayasan tapi masih dihantui rasa takut. Rasa takut Bu Betti dilandasi ketiadaan modal. Setelah merasa yakin, Bu Betti bersama salah satu pusat kusrsus binaannya, mengotrak sebuah rumah dan membuka TK. Pengelolaan TK ini benar-benar swadaya dibuktikan penyiapan materi ajar yang dibuat secara mandiri dan dilengkapi sendiri oleh Bu Betti. Pembiayaan sekolah yang dibangun sungguh membebani sampai Bu Betti menjual buku pada pusat kursus untuk mendukung pembiayaan sekolah. Alhamduliliah tahun 2009 sekolah dasar yang dikelola mendapatkan alokasi dana BOS yang sangat membantu operasional sekolah tersebut.

Sebagai  pengelola beberapa pusat pelatihan dan sekolah Bu Betti mencatatkan sejumlah prestasi. Bukti prestasi yang pernah didapat Bu Betti diantaranya adalah juara 1 tingkat Kecamatan, juara 1 tingkat Kota Bekasi dan juara harapan tingkat Provinsi Jawa Barat. Bentuk lomba yang diikuti mulai dari tes tertulis, psikotes dan pengumpulan portofolio. 

Seusai pemaparan cerita pengalaman enterpreneur Bu Betti langsung diserbu pertanyaan. Ibu Nurhidayati dari Tegal-Jawa Tengah sebagai penanya pertama. Bagaimana cara memulai hubungan bisnis dengan pihak lain apalagi belum kenal sebelumnya dan bagaimana cara sebagai kepala sekolah Bu Betti menegur bawahan yang kompeten tetapi tidak produktif demikian dua pertanyaan yang diajukan  Bu Nurhidayati. Sebagai enterpreneur kita harus memulai, mengawali komunikasi, membangun relasi jika dapat kita mesti paling menonjol dalam sebuah perkumpulan, menonjol dalam hal positif. Dalam menangani bawahan yang tidak produktif tapi lebih senior kita berusaha menjadi contoh dan sedapat mungkin kita mengingatkan dengan bahasa yang santun agar tidak menyinggung. Demikian penjelasan luwes Bu Betti. Suatu pertanyaan yang mendapatkan jawaban yang sangat mengharukan berasal dari Bu Lilis asal Majalengka, bahwa apa motivasi mendirikan sekolah yang bagus namun biaya terjangkau bagi anak-anak kurang mampu? Pengalaman buah hati pernah melamar pada sekolah yang bagus tapi tidak diterima karena penghasilan masih kecil menjadi motivasi paling besar Bu Betti membuka Sekolah yang berkualitas. Bu Betti bertekad menyediakan sebuah sekolah yang berkualitas yang dapat dijangkau oleh siapa saja. Jika ada anak orang kaya masuk di sekolah yang bagus itu hal biasa, atau anak orang miskin masuk sekolah yang kurang baik juga hal biasa. Namun anak orang kurang mampu bila dapat masuk pada sekolah berkualitas tanpa terbebani biaya itu baru luar biasa. Demikian yang ditegaskan Bu Betti dan hal ini juga yang mendorongnya mendirikan sekolah KB-TK dan SD Insan Kamil.

Apa hambatan dan bagaimana mengatasi hambatan itu saat membangun dan mengembangkan sekolah? Demikian pertanyaan selanjutnya yang disampaikan Yohana  Bana asal NTT. Bahwa hambatan dalam setiap usaha tentu ada, namun jangan menjadi beban, nikmati saja. Itulah jawaban sederhana dari Bu Betti. Sebuah peristiwa yang pernah dialami yakni satu bidang tanah yang berjarak 50 meter dari sekolah dibeli dengan peruntukkan sebagai lapangan bagi anak-anak malah ditutup jalannya oleh warga sehingga tanah tersebut mubasir dan tidak difungsikan. Niat yang tulus dan keinginan mulia untuk melayani anak-anak bangsa direstui Allah. Buktinya ada sebidang tanah yang lain persis di belakang sekolah dijual pemiliknya dan tanah ini dibeli Bu Betti dengan menjual rumah orang tuanya di Padang. Betapa mulianya karya dan bakti Bu Betti yang telah diuraikan sangat detail. Pengalaman berbagi bersama Bu Betti malam ini menjadi motivasi dan inspirasi agar kita pun dapat memaksimalkan talenta pribadi masing-masing  demi menjadi enterpreneur masa kini yang lebih inovatif.

Demikian resume sederhana saya malam ini, salam literasi!


Komentar

  1. Tulisan yg betul entrepreneur mas ...bukan enterpreneur

    Lbh bagus lg kalo.ada sub sub judul nya mas ...jd yg baca nyaman ada part -partnya

    Monggo brg x berkenan mampir ke blog saya

    http://nurhidayati2010.com/?p=351

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasi bunda, untuk menjadi buku, pasti biperbaiki

      Hapus
  2. Mantul..cumam endingnya agak sedikit kurang terasa..

    BalasHapus
  3. Saya mampir dan meninggalkan jejak. Terus semangat. Salam literasi.

    BalasHapus
  4. Bu Betti yang sesungguhnya sudah memiliki jiwa enterpreneur sejak kecil.

    Coba deh rasakan.
    Ternyata baru Subjek, jadi belum kalimat lengkap setidaknya ada predikat, misal:

    Bu Betti yang sesungguhnya sudah memiliki jiwa enterpreneur sejak kecil tidak mau disebut tukang dagang.

    Heheheh, maap, maap

    BalasHapus
  5. Resumenya sdh okey. Lebih okey lagi kalau ada foto bu Betti.
    Tetap semangat ya Pak...

    BalasHapus
  6. Resumenya sdh okey. Lebih okey lagi kalau ada foto bu Betti.
    Tetap semangat ya Pak...

    BalasHapus
  7. Terima kasih sdh mengerjakan tugasnya dengan baik

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

IDE DALAM MENULIS

PENGALAMAN ADALAH INSPIRASI MENULISKU

Berbagi pengalaman Menulis Bersama Cikgu Tere